Jika kita ditanya, apakah anda ingin sukses? Tentu dengan tegas
kita akan menjawab : “saya ingin sukses!, bahkan sangat ingin sekali
sukses”. Begitu pula jika kita bertanya kepada orang lain. Coba kita
tanya suami, saudara, tetangga atau siapa saja orang yang kita temui.
Apakah mereka juga menginginkan kesuksesan sama seperti kita yang
menginginkannya? Hampir dapat dipastikan mereka semua akan memberikan
jawaban yang sama, yaitu meraka pun ingin sukses. Tidak ada seorangpun
yang menginginkan sebaliknya. Tak akan ada orang yang menginginkan
kegagalan dalam hidupnya. Bahkan orang yang sekarang sudah sukses pun
seringkali ingin menjadi lebih sukses lagi. Pendek kata, kesuksesan
adalah harapan semua orang. Sehingga kita bisa melihat, begitu banyak
orang yang mengejar kesuksesan. Mereka rela mengeluarkan tenaga dan
pikiran. Tak sedikit yang mengorbankan waktu mereka dan juga
pengorbanan lainnya. Semua itu dilakukan hanya untuk mengejar apa yang
dinamakan kesuksesan.
Lantas apa sih sebenarnya makna kesuksesan itu. Sampai-sampai begitu
banyak orang yang mengiginkannya bahkan rela berkorban untuk
mendapatkannya? Kemudian apa batasannya sehingga seseorang dapat
dikatakan sukses? Jika pertanyaannya seperti ini, maka masing-masing
orang akan mempunya jawaban yang berbeda satu sama lain. Misal, seorang
anak SMA yang mengikuti tes masuk sebuah perguruan tinggi, bisa saja ia
dikatakan sukses jika ia benar-benar berhasil masuk ke perguruan tinggi
tersebut. Berbeda dengan seorang pegawai. Mereka bisa saja dikatakan
sukses jika berhasil mendapatkan gaji besar serta posisi enak di tempat
kerjanya. Lain halnya dengan seorang artis, penyanyi, entertainer atau
apalah sebutannya, mungkin baru dikatakan sukses jika album yang mereka
buat terjual hingga ribuan copy di masyarakat. Kemudian mereka mendapat
banyak penghargaan, sanjungan, dan pujian dari sana-sini.
Begitupun bagi seorang pengusaha, pejabat atau lainnya. Ukuran
kesuksesan mereka tentu berbeda satu dengan lainnya. Dari sini jelaslah
bahwa arti kesuksesan itu mungkin berbeda-beda untuk setiaap orang.
Walaupun begitu, kita tetap bisa mendefinisikan arti sukses secara
umum, dimana yang dimaksud sukses adalah berhasil mendapatkan/mencapai
apa yang dinginkan atau dicita-citakan
Sehingga bagi seseorang yang bercita-cita dapat masuk ke perguruan
tinggi ternama, mungkin ia akan merasa sukses jika ia benar-benar dapat
masuk ke perguruan tinggi tersebut. Bagi seseorang yang bercita-cita
ingin jadi artis penyanyi, bintang film, atau entertainer. Mungkin ia
akan merasa sukses jika ia telah benar-benar berhasil menerbitkan album,
atau membintangi sebuah film. Bagi orang yang bercita-cita ingin
menjadi pejabat, memiliki mobil mewah, memiliki rumah mewah, atau
bercita-cita menjadi pengusaha. Mungkin mereka akan merasa sukses jika
telah benar-benar dapat mewujudkan semua yang dicita-citakannya. Inilah
mungkin makna sukses yang difahami oleh kebanyakan orang. Mereka
memahami pula bahwa kesuksesan akan membawa kepada kebahagiaan.
Sementara ketidak suksesan atau kegagalan akan menghasilkan ketidak
bahagia atau bahkan kesengsaraan.
Makna kesuksesan yang seperti ini, sebenarnya lahir dari pemahaman
serba materi atau materialistis yang memang saat ini telah menguasai
kehidupan kita. Materi telah dijadikan alat ukur satu-satunya dalam
menentukan sukses tidaknya seseorang. Sehingga jika ada seseorang yang
taat beragama, jujur, dan juga amanah. Hanya karena pekerjaannya
serabutan, rumahnya pun mengontrak (kontraktor), kemana-mana hanya jalan
kaki atau paling banter naik sepeda, tidak dipandang sukses di mata
masyarakat. Tapi sebaliknya, seseorang yang punya mobil mewah, rumah
gedong, pekerjaan yang terhormat bahkan terkenal diseantero negeri,
masyarakat memandangnya sebagai orang sukses. Padahal bisa jadi mereka
mendapatkan semua itu dengan mengesampingkan agama, mengorbankan
kejujuran, harga diri, bahkan bertindak semena-mena. Maka dari contoh
ini, nampaklah bahwa pandangan hidup seseorang akan mempengaruhi pula
pandangannya mengenai arti kesuksesan. Oleh karena itu pandangan seorang
muslim terhadap kesuksesan ini haruslah didasarkan kepada pandangan
hidupnya sebagai seorang muslim, yakni akidah Islam.
Dalam hal kesuksesan dan kebahagiaan ini, Islam memiliki definisi dan
batasan yang amat jelas yang semestinya diyakini oleh seorang muslim.
Dimana menurut Islam, seseorang dapat dikatakan sukses, bukan karena
harta yang berhasil ia kumpulkan. Bukan karena jabatan yang berhasil ia
duduki. Begitu pula bukan karena rumah mewah, mobil mewah beserta segala
isinya yang ia miliki, dan bukan pula karena berbagai bentuk materi
duniawi yang mampu ia kumpulkan di dunia ini. Semua itu, tidak pernah
sedikitpun disebut-sebut di dalam Islam agar seseorang disebut sukses.
Satu-satunya kesuksesan hakiki menurut Islam yang seharusnya kita raih,
adalah ketika kita berhasil mendapatkan keridhoan Allah dan berhasil
memasuki surganya Allah SWT. Hal ini disebutkan di dalam firman Allah
SWT :
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(at-taubah:89)
“Allah telah menyediakan bagi mereka syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar”
قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ
صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (al-maidah:119)
”Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang
paling besar.”
Keberuntungan yang paling besar sebagaimana disebutkan dalam ayat
tadi, adalah kesuksesan sesungguhnya yang layak diperjuangkan oleh
seorang manusia khususnya seorang muslim.
Maka bagi seorang muslim yang menginginkan kesuksesan, haruslah
menjadikan keridhoan Allah SWT sebagai target utama dalam kehidupannya.
Memang tidak ada salahnya jika ia menginginkan pencapaian-pencapaian
yang bersifat materi. Memiliki rumah mewah, memiliki kendaraan lebih
dari satu, tidaklah terlarang bagi seorang muslim. Begitu pula tidaklah
berdosa ketika seorang muslim ingin menjadi pengusaha, pejabat negara,
atau kedudukan-kedudukan tinggi lainnya. Asalkan semua itu, tidak
memalingkannya dari usaha untuk mencapai target tertinggi kehidupannya,
yakni meraih keridhoan Allah SWT. Dan memang Islam juga telah
memberikan panduan yang jelas bagaimana agar kita bisa mencapai target
tertinggi tersebut.
Hanya saja, meskipun Islam telah menjelaskan makna dari kesuksesan
dan kebahagiaan serta telah memberikan panduan kesuksesan itu, tetapi
pada kenyataannya tetap saja banyak manusia yang memilih jalan lainnya.
Sehingga keadaan mereka di dunia ini pun menjadi beragam. Seorang ulama
pernah mengelompokan keadaan manusia dalam hubungannya dengan kesuksesan
atau kebahagiaan ini menjadi empat golongan :
- سعيد فى الدنيا وسقى فى الأخرة Pertama, orang yang bahagia/sukses di dunia tapi celaka di akhirat. Orang seperti ini banyak kita temukan dalam kehidupan kita. Di dunia dia kaya, punya rumah mewah, mobil mewah, istri cantik atau suami tampan. Dia punya jabatan dan dikenal banyak orang. Akan tetapi semuanya didapatkan dengan jalan menghalalkan segala cara. Dia tinggalkan aturan agama, dia kesampingkan syariat Allah bahkan kekayaan yang dimilikinya itu semakin membuatnya lupa akan tujuan dirinya diciptakan, yakni untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Orang seperti ini menjadikan hidupnya hanya untuk mengejar kekayaan dunia. Bahkan seringkali mereka pun menghalang-halangi dan memusuhi para penyeru kepada jalan kebaikan. Maka orang yang terlalu mencintai kehidupan dunia dan lupa akhirat sesungguhnya dia akan celaka di akhirat.
- سقى فى الدنيا وسعيد فى الأخرة Kedua, orang yang celaka di dunia namun bahagia di akhirat. Celaka disini maksudnya ketika di dunia dia miskin dan hidup serba pas-pasan tetapi kemiskinanya itu tidak membuatnya gelap mata hingga meninggalkan aturan Allah SWT. Seluruh perintah dan kewajiban dari Allah tetap ia kerjakan. Begitu pula dengan larangan dan yang diharamkan-Nya, senantiasa ia jauhi. Maka orang seperti ini, meskipun di dunia terlihat tidak sukses di mata masyarakat, akan tetapi di akhirat kelak akan digolongkan sebagai orang yang sukses dan bahagia اولئك هم الفاءزون
- سقى فى الدنيا وسقى فى الأخرة Ketiga, orang yang celaka di dunia dan di akhirat. Golongan yang ketiga ini, adalah yang paling merugi. Sudahlah miskin di dunia, rumah ngontrak, pekerjaan tidak punya, segala sesuatunya serba kurang ditambah lagi ia tidak mau melaksanakan aturan dan hukum-hukum Allah SWT. Dia membangkang kepada Allah, dia tidak mau beribadah, kewajiban dia tinggalkan, malah sebaliknya dia malah mengerjakan larangan-larang Allah SWT. Pendek kata, ia menjalani hidup ini sekehendak hati dan nafsunya belaka. Naudzubillah tsumma naudzubillah minzalik. Orang seperti ini banyak kita temukan disekitar kita bahkan kita sering melihat orang seperti ini ada juga yang sombong. Ya Allah … Ya Karim … kalau orang kaya tapi sombong itu wajar tapi kalau orang yang semacam ini apa yang mau disombongkan?
- سعيد فى الدنيا وسعيد فى الأخرة Keempat, orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Nah ,,,, inilah idaman setiap insan, ketika di dunia dia mempunyai harta banyak, hidup serba berkecukupan, keluarga yang bahagia terlebih lagi punya anak-anak yang sholeh. Dia dengan kekayaannya tidak lupa untuk selalu beribadah kepada Allah dan senantiasa berbuat kebaikan, contohnya memberi sedekah pada orang miskin dan anak yatim karena dia tahu bahwa harta yang dia peroleh terdapat hak orang lain. Orang semacam inilah yang akan menjadi penghuni surga kelak. Semoga kita bisa menjadi manusia yang seperti ini ,,, Amin ya Rabbal Alamin ,,,
Dari keempat kelompok manusia tadi, mungkin yang terakhir inilah
kelompok yang paling ideal. Kalau pun kita tidak berhasil menjadi
kelompok yang ke empat ini, paling tidak kita mengusahakan untuk menjadi
kelompokyang jedua. Yakni yang meskipun di dunia tidak begitu berhasil.
Kita tidak bisa kaya, tidak bisa punya rumah mewah, ataupun kendaraan
serta jenis kekayaan lainnya. Tapi jangan sampai kita tidak mendapatkan
kesuksesan di akhirat kelak.
Dari sini jelaslah bahwa kesuksesan hakiki menurut Islam adalah
kesuksesan nanti di akhirat. Adapun kesuksesan hidup di dunia ini
hanyalah kesuskesan semu saja. Karena sesungguhnya, apa yang kita
dapatkan di dunia ini, kekayaan yang kita kumpulkan, kedudukan yang kita
raih, dan semua pencapaian duniawi kita akan kita tinggalkan begitu
saja ketika kita mati nanti. Maka nasib kita sesungguhnya adalah
keadaan kita nanti di akhirat. Apakah kita bisa sukses di sana atau
sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar