1. Sesungguhnya perumpamaan dunia adalah seperti ular, lembek
bila disentuh, tetapi racunnya sangat membunuh. Anak kecil yang tidak
mengerti suka sekali menyentuhnya, sedangkan orang yang cerdik lagi
pandai akan berhati-hati terhadapnya. Oleh karena itu, berpalinglah dari
apa yang menakjubkanmu di dunia ini, karena hanya sedikit darinya yang
bersahabat denganmu.
2.
Hati-hatilah terhadap dunia yang menipu dan memperdayakan ini. Ia telah
terhias dengan perhiasannya, membujuk dengan tipu daya, dan menyesatkan
dengan harapan-harapannya. Dunia bersolek bagi para peminangnya
sehingga ia seperti pengantin wanita yang dipertontonkan, lalu setiap
mata memandanginya, jiwa tergila-gila dan hatipun berhasrat kepadanya.
3.
Dunia ini adalah negeri yang sekedar dilewati menuju negeri yang abadi,
yakni negeri Akhirat. Sedangkan manusia di dunia ada 2 (dua) golongan.
Pertama, orang yang mencari dunia, sehingga kematian akan mencarinya dan
mengeluarkannya dari dunia. Kedua, orang yang mencari akhirat, maka
dunia akan mencarinya sehingga dia akan mendapatkan rezekinya dari dunia
ini secara sempurna.
4.
Wahai manusia, sesungguhnya dunia adalah negeri yang sekedar dilalui,
sedangkan akhirat adalah tempat kediaman yang abadi. Oleh karena itu,
ambillah dari tempat yang kalian lewati ini (sebagai bekal) untuk tempat
kediaman kalian (yang abadi).
5.
Dunia adalah kendaraannya seorang Mukmin, yang dengannya dia berangkat
menuju Thannya. Maka, perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan
menyampaikanmu kepada Tuhan kalian.
6.
Ketahuilah, sesungguhnya dunia yang kalian harapkan dan kalian sukai,
yang karenanya kalian menjadi marah dan karenanya pula kalian menjadi
puas, bukanlah negeri kalian, bukan tempat tinggal kalian yang kalian
diciptakan untuknya, dan bukan pula yang kalian diseru kepadanya. Oleh
karenanya, janganlah kalian berlomba-lomba dalam kemuliaan dunia dan
kebanggaannya. Jangan terpesona dengan perhiasannya dan kesenang-annya.
Dan jangan pula bersedih dengan musibah dan kesengsaraannya. Sebab,
kemuliaan
dan kebanggaannya terputus, perhiasannya akan sirna, serta musibah dan
kesengsaraannya akan hilang. Yang berhak menyandang nama “kebahagiaan”
(yang sebenarnya) adalah kebahagiaan akhirat, dan ia ada empat macam:
keabadian tanpa ada kemusnahan, ilmu tanpa kebodohan, kemampuan tanpa
kelemahan dan kekayaan tanpa kefakiran.
7.
Sesungguhnya orang cenderung senang jika memperoleh apa yang tidak
terlewatkan darinya dan bersedih akan sesuatu yang terlewatkan darinya
yang tidak diperolehnya. Maka, jika dapat kepadamu sesuatu dari dunia,
janganlah engkau terlalu bahagia. Dan jika tidak mendapatkan sesuatu
dari dunia itu, janganlah engkau terlalu bersedih karenanya. Hendaknya
yang menjadi perhatian utamamu adalah apa yang akan terjadi setelah
kematian.
(Seri Kata-Kata Mutiara Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib as)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar